03 June 2006

Sebab Aku Debu Bukan Batu

Kau bilang akan mencatatku,

Ah, tak perlu kataku
Sebab aku debu bukan batu
Kau bisa menghapusku kapan engkau mau

2 comments:

Anonymous said...

Familiar with those words. Huh! Kalimat yang aku patri sejak 98an saat mengenal begitu banyak karakter. Aku hanyalah debu yang menempel di bajumu dan dapat kau cuci kapan saja kau mau. Kapan saja.

Toh manusia hanya datang dan pergi. Ada yang meninggalkan cerukan yang dalam tapi banyak yang sekedarnya. Jangan terlenakan, karena di dunia ini pada dasarnya hanya datang dan pergi. Dengan atau tanpa diinginkan, pada dasarnya hanya akan datang dan pergi.

Terkenang hanya akan datang dalam bayangan saat ia diingat. Setelah itu. Wuzzzzz senyap tanpa kabar. Bagaimana mungkin manusia dapat mengingat semuanya? Memori itu terbatas.

Jadi tanpa disadari ataupun diinginkan, manusia akan mencuci debu itu... . Oneday.

Jadi bersiaplah saat kamu menjadi seorang yang terlupakan di tengah menimba penat dengan aktifitas yang berserakan hingga menganakkan segayung emosi memercik siapa saja yang tak berkenan.

Anonymous said...

Sound familir with those words. Benarkah kau adaptasi dari katakata yang puluhan purnama telah kugenggam?
"Aku hanyalah debu yang menempel di bajumu, manakala debu itu tak kau perlukan lagi, maka kamu boleh mencucinya. Kapan saja kau mau."

Kalimat yang aku temu saat menyadari dalam kehidupan selalu ada yang datang dan pergi. Singgah hanya sebentar atau bahkan ada manusiamanusia yang meninggalkan cerukan yang dalam di kalbu. Ntah apa yang membuatnya berkesan, tapi kesan itu hanya hadir manakala dia 'mau' mengingatnya. Bahkan ketika penat mulai ditimba saat aktivitas mulai berserakan hingga gayung emosi berceceran memercik siapa saja yang tak berkenan. Maka, wuzzzzzzz semua senyap dalam keheningan.

Disadari atau tidak, atau.. sekalipun kamu tak mengingankannya. Ya, terkadang tanpa sengaja kamu telah menghapus debu itu. Debu yang terkadang 'mungkin' kau anggap sebagai debu emas, dan ingin menggenggamnya lebih erat.

Lalu suatu hari, saat hujan abu tiba. Debudebu itu ingin singgah, sekedar menyapa. Apakah ia mampu bertahan jika debu itu hanya menimbulkan kegundahan si empunya baju? apalagi bila nyanyian pilu mulai menyayat. Tegakah ia tinggal lebih lama? Tegakah debu itu lama singgah? Tapi jika diamdiam debu itu ingin pergi bersama kibasan angin malam, apakah kau ijinkan? Dan kamupun kembali lenyap dalam sepi yang selama ini memang kau peluk. Lalu harus bagaimana debu itu? Harus bagaimana?

Bodoh, jika pilu justru kau menangkan dalam pertarungan! Tidakkah kau ingin menguasai pilu itu? Memberangusnya agar debudebu itu memiliki tempat saat waktu masih diijinkan untuk dimiliki. Selagi masih ada waktu, selagi masih ada kesempatan. Sebelum semuanya benarbenar diambil olehNYA. Persetan hari esok! Usah kau pikirkan apa yang belum terjadi. Jika DIA beri restu pasti akan ada temu... di sebuah tepian masa di mana kita bisa berbincang leluasa tanpa waswas dan cemas.