03 June 2006

Puisi Joko Pinurbo dalam Telepon Genggam

Mata

Ada tiga mata bertemu di kafe itu:
matasenja, matakata dan matangantuk.

Matasenja lekas terpejam karena hujan bilang
pertemuan ini memang jatahnya malam.

Matakata minus delapan karena katakata
waduh mabuk berat dihajar kenangan.

Matangantuk merah merindu melihat botol bir
makin penuh dengan air matamu.


Selamat Malam, Kanibal

Kita datang ke perjamuan seperti pernah kita janjikan
Kau sangat lapar, aku ingin kenyang.

Selamat makan. Hujan sangat kanibal: ia habiskan derau hujan sebelum sempat kita cicipi harum hujan.

Ayo minum. Matamu sangat kanibal: mereguk mataku sepenuh ambigu sebelum mataku meneguk matamu.

Apa lagi yang akan kau santap, hai kanibal, bila senja yang belum matang juga lenyap dilahap malam?

Oh ya, masih ada anggur darah. Kita muntah-muntah.
Kau muntah rindu, aku muntah waktu.

Kita pulang membawa sesal. Selamat malam, kanibal!
Kau melenggang ke kiri, aku menghilang ke kanan.
Kita berpisah sebelum sempat saling menghabiskan.

Selesai Sudah Tugasku Menulis Puisi

sebab kata-kata sudah besar, sudah selesai studi, dan mereka harus pergi cari kerja sendiri.

1 comment:

Anonymous said...

Jika rendra bertanya tentang kesenyapan puisi modern indonesia suruh dia baca puisi-puisi joko pinurbo!!!!!

Saya ingin sekali menyanyikan lagu yang saya ciptakan dengan menggunakan puisi mas yang secara tak sengaja muncul berupa iklan kolom pakubowono residence di koran kompas 1 atau 2 tahun silam, Rumah Cinta, boleh kah?