27 May 2006

Semoga Tangis Segera Reda

Kairo masih gelap saat pesan singkat itu masuk. Seorang kawan di Klaten mengabarkan ada gempa di Jogja dan Klaten. Aku tertegun. Ada gempa yang sama dalam dada. Gemuruh yang memuntahkan pijar gelisah, meluluh lantakkan sebaris kenangan indah.

Jogja, bukan lapak-lapak buku murah yang mengobati dahaga wacana.
Jogja, bukan obrolan-obrolan mencerdaskan di warung angkringan.
Jogja, bukan puisi yang menari di jalanan Malioboro.
Jogja, bukan tawa ceria debur ombak laut Selatan
Jogja, bukan cangkir kopi dan nikmat kretek di Kaliurang

Jogja hari ini adalah wajah-wajah gelisah, tubuh luka penuh darah, mata yang hujan, bangunan merata bumi, jalan pecah bergelombang, raung sirine menyayat hati, dan segala bentuk ketidaknyamanan lain.

Aku di sini hanya bisa menatap langit kosong, bersih tanpa awan. Tapi di sini, di dada ini, hati luruh diguyur hujan. Berharap doa tak moksa sebelum mencapai langitNya.

Semoga tangis segera reda
Duduk lagi kita di sana
Di Tugu
Di kota lama
Di kota kita
Jogjakarta

1 comment:

Anonymous said...

tertunduk dalam, untuk luka yang dalam.
seuntai doa dari sini.
amin.