25 September 2006

Tadarus Rindu

: untuk W

Ini hari kedua di bulan Puasa. Jika engkau berada disini, engkau akan melihatku duduk sendirian saja di depan monitor. Memang beberapa menit yang lalu masih terdengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an oleh kawan-kawan yang meluangkan waktu untuk bertadarus di sekretariat, tapi mereka sudah permisi, tinggal aku sendiri.

Ah, aku sadar betapa tidak pentingnya bercerita tentang sepi. Terlebih kepadamu; yang sudah jauh mengenal kata itu ketimbang siapapun yang pernah aku kenal. Maka maaf, jika membaca surat ini membuatmu merasa bosan, atau bahkan kurang nyaman.

Bulan puasa tahun lalu, aku menulis surat untukmu. Semula aku berencana mengirimnya via pos. Namun terjadilah apa yang terjadi. Jemariku tak sanggup menyalin kata-kata yang tersimpan dengan apik di folder komputer. Untuk mengirim via imel pun tak. Aku memang terlalu pengecut untuk menjadi lelaki.

Lalu kita bertemu tanpa sengaja seperti hari-hari kemarin. Hanya di jagad maya memang. Dan itu cukup untuk mengobati rasa ingin tahu tentangmu. Sayang sekali, kesempatan semacam itu jarang sekali aku dapat. Mungkin benar apa yang dikatakan seorang kawan; ketika hidup adalah perjalanan, tak ada yang salah jika manusia harus berpisah.

Dini hari ini, beberapa jam menjelang sahur dan aku sendirian; aku memutuskan untuk menulis surat untukmu. Sebagai akumulasi rasa ingin tahu yang menumpuk sekian lama sejak kita tak lagi 'berbicara'. Tentu saja aku tidak sedang ingin menjadi tokoh dalam cerpen pertama milikmu yang aku baca. Aku tidak ingin membunuh dengan kata-kata. Aku hanya ingin menyapamu, mengajakmu berbicara seperti dulu, seperti halnya pertemuan-pertemuan kita di persimpangan.

Engkau boleh mengutukku. Memang aku terlalu pengecut untuk sebuah kepastian. Tapi jika memang hutang itu ada, berilah cara bagaimana harus membayarnya. Meski aku tak punya apa- apa selain kata-kata, juga penasaran yang harus segera dituntaskan.

No comments: