14 September 2006

Bukan Khotbah, Aku Hanya Ingin Bercerita

: Untukmu yang hendak pulang

Aku yang berlebihan atau engkau yang tak sadar? Sehingga selembar catatan dalam buku harian cukup untuk membuat badai menelusup dan mengaduk-aduk tenang jiwaku. Tentu aku mengerti bahwa itu bukan sesuatu yang terlalu istimewa untukmu. Betapa biasa. Betapa lazimnya seorang manusia mencatat hal-hal penting dalam hidupnya. Ah, aku terpaksa menggunakan kata penting. Bukan untuk menunjukkan berartinya aku. Sungguh bukan. Justru karena itu sangat berarti untukku. Justru karena itu sangat berarti untukku.

Engkau masih ingat cerita tentang seorang lelaki yang menemukan Ibunya berdoa? Sungguh aku hanya ingin engkau tahu bahwa orang-orang yang sudi menyisakan waktu untuk menyebut namakulah yang menjadi alasan untuk bertahan dalam kehidupan. Jika engkau menyebutku seorang idealis, kuberitahu hasil obrolan dengan seorang kawan hari ini. Saat aku bertutur bahwa idealis + realita = utopia, ia malah menyodorkan rumus yang mengukuhkan asumsiku. Ia bilang jika idealis adalah 1 dan realita adalah -1, maka 1+(-1)= 0. Perhatikan itu, hasilnya nol.

Ah, tentu saja aku tidak sedang mencari argumen atas ketidakmampuanku menyelesaikan hal-hal sederhana yang seharusnya teratasi. Toh aku tidak sedang membuat bangunan berfikirku sendiri. Tak perlu debat dan adu argumen, apalagi verifikasi ilmiah. Aku hanya ingin bercerita saja. Sebab aku bukan pengkhotbah. Aku hanya ingin bercerita saja. Dengan begitu engkau bisa tahu apa yang aku tahu. Dengan begitu engkau tahu apa yang aku mau.

No comments: