21 July 2006

Bie, Hati Sudah Pagi Hari Ini

Bie, tahukah kamu bahwa dalam 24 jam sebelum mencatat ini aku telah memesan dua apple shisa. Pertama, ketika di depan pintu sebuah apartemen aku bertemu dengan seorang lelaki yang sedang menulis novel. Tentu saja aku sedikit terkejut sebab pertemuan semacam itu jarang sekali direncanakan. Aku tawarkan rokok kretek yang masih tersisa beberapa batang. Ia tersenyum. Setelah itu kami sepakat untuk bersama-sama menikmati shisa di pasar mobil. Di sana, di bawah temaram langit-saat itu hanya ada bulan sabit-kami berbicara tentang banyak hal. Kawanku tadi menceritakan tentang seorang perempuan yang "dipecat" oleh ibu kandungnya sendiri. Sungguh Bie, semula aku berfikir itu bagian dari novel yang sedang ia garap. Ternyata itu kisah nyata. Justru kawanku tadi yang ingin mengolahnya sebagai salah satu bab dalam novel. Dia sudah memperkirakan judul yang pas: Perempuan, Penyamun, dan Malaikat Tanpa Sayap. Hmm, menurutku bagus. Tapi aku sedang malas berbicara tentang sastra dan segala derivasinya. Aku memilih bercerita tentang apa saja yang aku kerjakan belakangan ini. Aku memilih bercerita tentang teknik membaca buku yang sedikit kumodifikasi. Aku memilih bercerita tentang rencana "kuliah" di tempat lain. Kau tahu Bie, sepertinya kawanku tadi agak jengkel. Dia mengeluh pembicaraan kami kurang fokus kali ini. Ah, semoga dia tahu bahwa hari ini aku sangat letih. Sebagai bentuk tanggungjawab atas kegagalanku menjadi teman ngobrol yang baik, aku mempersilahkannya untuk permisi. Tak ada yang salah Bie, adakalanya aku memang sangat membosankan bahkan menjengkelkan. Kau tentu tahu itu Bie.

Tabung sisha yang kedua aku pesan empat jam setelah kami berpisah. Kau tentu mengerti Bie, dalam hidup ini selalu saja ada yang datang dan pergi. Di sebuah apartemen aku bertemu dengan orang lain. Orang itu yang biasanya menemaniku menyelami malam. Seingatku sudah tiga kali dalam seminggu ini aku keluar bersamanya. Mungkin kali ini memang sedikit istimewa. Sebelum berangkat kami membeli rokok kretek, sebotol air mineral kecil, juga beberapa bungkus makanan ringan. Akhirnya kami sampai di kedai kopi, memesan dua apple sisha dan dua gelas teh. Kau tahu Bie, kami berbicara panjang lebar. Seandainya pemilik kedai itu tak mengusir kami, mungkin saja perbincangan akan terus berlanjut hingga pagi hari. Pada akhirnya manusia harus pulang. Seperti biasa aku tidak tidur di rumah. Tapi aku juga tidak sedang numpang tidur. Sebentar lagi subuh, yang harus dilakukan adalah bertahan dan menjaga agar mata tak takluk oleh kantuk.

Oia Bie, hati sudah pagi hari ini. Lalu kapan kita bertemu untuk berburu pelangi?

Catatan: Tenggorokanku kurang normal dua hari ini. Semoga cepat sehat.

1 comment:

Anonymous said...

sekarang memang sedang musim sakit, apalagi batuk, pilek, flu...
jaga kesehatan ya :)