29 January 2006

Sepertinya Esok Masih Ada Senja

untuk seorang kawan seperjuangan
Kawan, memang baru kemarin aku tiba dan membaca suasana disini, di tempat yang kita tinggali bersama kini. Sejujurnya tak layak jika aku berkata telah tuntas menerjemahkanmu. Bukankah masih ada dia yang lebih mengerti akanmu. Lebih lama menyelami waktu bersamamu. Bahkan kulihat begitu sedihnya kau saat dia pergi untuk sebuah janji. Sungguh aku memahami itu semua.

Semoga ini bukan sebuah kelancangan. Tanpa menafikan dia, aku bertanya: bukankah masih ada cinta dari orang lain? Memang aku tak berani menjanjikan sesuatu untukmu. Hanya saja perjalanan telah membawa kita pada ruang dan waktu yang sama. Mengapa tidak kau bagi sedih, sesak, sakit, dan segala bentuk rasa tak nyaman lainnya kepadaku? Agar kata kawan bukan sekedar ucapan. Tak mengapa jika kau marah saat membaca surat ini. Mungkin yang terlintas di benakmu adalah sebaris kata berikut ini: bagaimana aku bisa bercerita jika kau tak pernah benar-benar ada?. Mungkin kau benar. Aku terlalu jauh darimu, juga kawan yang lain. Tapi aku ingin kau mengerti bahwa aku butuh sendiri. Aku butuh sepi. Namun bukan berarti dalam sepi aku hanya menikmati tubuh sendiri. Tidak. Selalu saja terlintas segala sesuatu akanmu yang terkadang membuatku merasa tak nyaman.

Ini tentang sebuah kaca buram yang terpasang diantara kita. Entah siapa yang meletakkannya disana. Mungkin aku, kau, atau bahkan datang dengan sendirinya. Kau tahu, kaca itulah yang selama ini menjadi pemisah antara kita. Menyulitkan aku untuk bisa memandangmu. Menghalangiku untuk bisa memelukmu.

Aku terkejut saat tahu bahwa kenyataan tak bersahabat denganmu. Namun kekalahan bukanlah akhir. Bukankah hidup adalah perang? Boleh jadi kalah dalam sebuah pertempuran tapi tidak untuk menyerah. Selama kita masih bernyawa, esok masih ada senja. Aku tak bermaksud menghiburmu. Sungguh pahit memang harus bertahan lebih lama dalam kondisi tak nyaman. Tapi setidaknya kau masih punya cinta. Dari dia, mereka, juga aku. Itu akan membuatmu lebih kuat saat berhadapan dengan takdir yang tak bersahabat. Kata Metallica:”Pain makes you stronger”.

Maafkan jika harus menitipkan perasaan lewat kata. Sungguh selama kaca buram itu masih ada, kita tak akan bisa menyatukan jiwa. Sekali lagi maaf, atas segala hal yang membuatmu merasa tak nyaman semenjak aku berada disini. Bagaimanapun, itu bukan buah dari kesengajaan. Layaknya manusia lain, aku juga memiliki sisi berbeda. Ingat katamu:”Kita adalah beda”

Akhirnya, selamat berjuang. Melanjutkan kehidupan agar harapan bisa terwujudkan. Bukankah kita berada disini untuk sesuatu yang baik?

Salam cinta,

Nanang Musha

No comments: