29 January 2006

Hanya Aku dan DIA Yang Tahu

Angka di sudut kanan bawah layar monitor menunjuk angka 02:59 AM. Lazimnya kalian akan menggunakan saat-saat seperti ini untuk bercumbu dengan-Nya. Menumpahkan keluh kesah dan segala gelisah, menerbangkan doa dan puja-puji kepada Sang Pemberi. Tapi tidak denganku, saat ini membunuh waktu dengan kata-kata penuh bunga namun miskin makna. Yah, itulah aku, suka atau tidak, aku yang tiada ini telah diadakan oleh Yang Ada. Nikmati saja, toh dalam bebas selalu ada batas.

Dari speaker yang terpasang, lamat-lamat lagu Menanti Sebuah Jawaban dari Padi mengalun. Begitu syahdu. Disini, di tempat dimana sepi begitu merajai, diam-diam dalam otakku tumbuh semacam khayalan. Selalu berharap bukan Fadly yang menyanyikannya, tapi aku, aku sendiri yang menyanyikan lagu ini. Jangan salah sangka, aku tidak sedang merindukan seseorang. Juga tidak sedang berharap bisa memiliki seorang bidadari yang pernah menginap dalam hati. No, absolutely not. Aku hanya sedang mangkel saja. Mangkel pada seseorang yang tak perlu kusebut namanya. Menanti sebuah jawaban, atau mungkin tanggapan. Ah, entahlah. Aku sendiri bingung bagaimana menyikapi hal ini.

Hmm, mungkin kalimat dibawah ini cukup mewakili gundah dalam hati;

Seperti doa sang durjana yang tak mampu menyentuh langitnya, mimpi sederhana hangus dalam bibir kepundanmu yang meletus. Duhai bumi, jika persembahanku memang tak berarti, maka harus dengan apa lagi kuberi agar kau mengerti?
Sekedar sapa atau tanda, agar aku benar-benar merasa ada.

No comments: